Siang all, hari ini aku bakal memulai rangkaian
resensi-resensi novel yang sudah ku janjikan minggu lalu ya. Sebenarnya bukan
resensi dalam arti sebenarnya yang menurut pelajaran Bahasa Indonesia harus
memiliki macam-macam aturan, karena tau sendiri lah, its just a blog, yang
slalu bebas diisi oleh yang punya, sekedar nyampah, berbagi, ataupun jadi
inspirasi, jadi buat ahli-ahli bahasa jangan protes ya, he... But, kritikan slalu
ku artikan sebagai pemacu ko..
Nah, kenapa hari ini aku memilih judul novel di atas?
Jawabannya adalah selain tu novel yang paling terakhir kubaca dalam bulan ini,
novel-novel Indonesia harus djadikan pertama tampil sebagai wujud penghargaan
kita atas karya bangsa dong. So, langsung aja nih ceritanya yaa..
Oke deh, fiksi ini berlatar belakang kota Pontianak
(sebagian besar), sempat pula di Surabaya dan Kuching (Malaysia), yang
mengisahkan kisah cinta yang di alami bujang paling lurus di tepian sungai
Kapuas bernama Borno. Dia hidup ditengah keluarga sederhana yang sudah
ditinggalkan ayahnya akibat serangan ubur-ubur, dimana disaat kritis ayahnya
memilih mendonorkan jantungnya kepada orang lain. Cerita dimulai dengan
kehidupan Borno yang luntang lantung berganti-ganti pekerjaan. Sampai akhirnya
menjadi pengemudi sepit (speedboat) menakdirkannya bertemu dengan cinta
pertamanya, Mei, lewat sepucuk angpau merah.
Layaknya cinta-cinta anak muda yang lain, sosok Mei yang
sendu dan misterius membuat Borno selalu salah tingkah. Cinta yang sebenarnya
memang memabukkan, membuat semuanya bisa gila. Temannya si Andi pun turut
terlibat dalam curhatnya Borno, dan sosok Pak Tua hadir selalu dengan
petuah-petuah indahnya. “Cinta adalah
perbuatan, kau selalu bisa memberi tanpa sedikitpun rasa cinta, namun kau takkan
pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi”, menjadi salah satu contoh kata bijak
Pak Tua, hal ini pula yang setia mewarnai isi bab-bab dalam novel ini.
Konflik pun muncul saat Mei secara misterius meninggalkan
Borno tanpa alasan saat hubungan mereka terlihat mulai jelas. Borno yang jatuh,
berhasil bangkit kembali dengan dorongan rekan-rekannya, belum lagi dengan
kehadiran sosok lain bernama Sarah, wanita ceria dan dewasa yang memiliki
hubungan masa lalu dengan ayahnya Borno.
Apa yang terjadi dengan cerita cinta Borno? Apakah akan sama dengan
jutaan manusia di bumi ini yang bisa patah hati akibat Mei yang ternyata
kenangan masa lalunya lebih kelam? Atau sama dengan jutaan lainnya yang
berhasil dengan cinta yang baru bersama Sarah? Atau malah berserah kepada
takdir, bahwa bagaimanapun susahnya, Tuhan tetap punya rahasia indah di atas
semuanya?? Jawab itu semua dengan membaca tuntas novel ini..
Nah, di atas kesederhanaan ceritanya, novel ini menyajikan
bentuk-bentuk perasaan yang khas di alami seseorang yang sedang jatuh cinta.
Betapa mulianya cinta, yang mampu memberi pelajaran kepada kita, tentang
pengalaman bahagia sekaligus sakit hati, tentang jatuh dan slalu bangkit lagi. Novel
ini cukup berhasil membuat kita yang pernah jatuh cinta untuk kembali ingat
masa-masa pedekate dulu, dan membuat yang belum pernah untuk tertarik segera
memulai ceritanya sendiri..
So, silahkan segera cari di toko buku terdekat
yaaa..!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar